Nama
: Rina Ayuningtyas Putri
Kelas
: 3KA39
NPM
: 16112389
Tugas
: Bahasa Indonesia 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Latar
Belakang
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses
berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu
kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah
proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan
berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu.
Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik
ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan
penalaran induktif. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales,
Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.).
Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya
untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat
berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh
keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya,
premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis
yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran
induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika
deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran
atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru
sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini
sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat
berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan
yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik,
yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik
suatu kesimpulan umum. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori
Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit
Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam
orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah, yaitu apa
perbedaan penalaran induktif
dan penalaran deduktif ?
Mengetahui apa perbedaan penalaran induktif dan
penalaran deduktif.
Penalaran induktif
adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya
disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk
generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses
berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan
sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.
Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan
ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat
sebab, dan akibat-akibat.
Contoh kasus penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan.
Contoh kasus generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia deseluruh daerah di indonesia
dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu
kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat
kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan
sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan
penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan
bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
a. Macam – macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi
tetap saja yang belum diselidiki.
Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi
berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah
fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat
sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat,
kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi
dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
b. Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru
berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam
bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan
pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya.
Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian
dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran
analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi
juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan
berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu
kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak
persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang
sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan
bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari
menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah
mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
· Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan
bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak
menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus
diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak
dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan
untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena
dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga
harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM
menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.
Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau:
Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang
beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan
yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa
penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited,
something else than what is posited necessarily follows from them”. pola
penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Corak
berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme
alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik
kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu
premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.
Contoh
:
-
Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-
DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi
kesimpulan
—> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Ada
2 macam penalaran deduktif
Menarik
simpulan secara Langsung
Menarik
simpulan secara Tidak Langsung
menarik
Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis. sedangkan menarik secara
tidak langsung merupakan kebalikan dari secara langsung dimana pada secara
tidak langsung membutuhkan 2 buah premis sebagai datanya.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran
Deduktif.
- Penalaran
Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Prosesnya disebut Induksi. Dalam penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran
Induktif yaitu Generalisai, Analogi, dan Hubungan sebab akibat ataupun hubungan
akibat–sebab.
- Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Prosesnya
disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan
Entinem.
Daftar Pustaka
Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi
Umum . jakarta : PT Rineka Cipta
Ambarwati, Sri Bahasa
Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tengah : CV Viva
Pakarindo
http://www.google.com/
the-mommy.blogspot.com/Fgambar-ketika-seorang-ibu-melahirkan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar